Jumat, 16 Maret 2012

Bagaimana Kalau Pelajar Tawuran???


Oleh : Tara Prayoga

Siapa sih di antara kita yang tidak menginginkan ketenaran? Apalagi kalau kita jadi remaja yang dipuja-puja banyak orang, so pasti sebagai remaja gaul, kita sangat menginginkan hal itu, iya kan??
Belum lagi kalau seandainya semua orang bertekuk lutut di hadapan kita, dan kita selalu diperlakukan layaknya seorang bos, pasti seru banget tuh..

Hasrat-hasrat tersebut pada umumnya dimiliki  para remaja dalam proses pencarian jati diri. Sehingga tak heran kalau kita melihat keanekaragaman gaya remaja dalam menjalani liku-liku kehidupan yang mereka alami. Dan  salah satu dari keanekaragaman gaya itu adalah melestarikan budaya tawuran di antara mereka.

Perbuatan mereka yang anarki, ingin menang sendiri, membangga-banggakan gengnya, dan tak peduli dengan lingkungan sekitar seolah-olah menjadi bumerang bagi eksistensi negera. Karena remaja merupakan kader yang nantinya akan mengisi kekosongan kepemimpinan di negeri ini. Kalau masa remaja saja berantakan, bagaimana ketika dewasa nanti?? Sementara kita tahu, bahwa apa yang dilakukan anak Adam sekarang adalah cerminan dirinya di masa mendatang. Lalu mau dibawa kemana negara ini? Apakah  kita ingin negara ini kembali dijajah oleh negeri-negeri yang tak berperikemanusiaan? Apakah  kita rela negara ini  tenggelam ke dalam kenistaan? Atau mungkin kita akan tetap bersikap acuh tak acuh apabila negara ini diserahkan secara mutlak untuk bangsa lain?  Dan pada akhirnya  mereka  yang mengurus semua dinamika kenegaraan di negeri ini.

Saya yakin sebagai manusia normal yang memiliki akal sehat, pasti tak akan rela negaranya kembali dikuasai oleh penjajah. Karena manusia normal pasti berpikir :
“cukup penderitaan itu dialami pendahulu-pendahulu kita, dan jangan sampai kita merasakan penjajahan yang tak berperikemanusiaan itu”.

Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah kalau seandainya di dalam negeri saja kita saling bentrok, atau dengan kata lain saling bertindak anarki, apakah eksistensi  negeri ini akan tetap terjaga? Lalu bagaimana kita bisa menjaga kemerdekaan bangsa kita, sementara kita sendiri saling baku hantam? Dan apakah negara dapat maju apabila tawuran menjadi tradisi pelajar? Silakan jawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan hati dan pikiran yang jernih dan tidak ternodai oleh hitamnya syubhat.

Oke, setelah kita mengetahui dampak dari tawuran terhadap stabilitas pertahanan negara, sekarang saatnyalah kita terbang menuju ke pembahasan tentang  permasalahan Tawuran antar Pelajar dan Solusinya. Selamat menyimak.. cekidot..!!!

Sebenarnya masalah tawuran di Indonesia adalah permasalahan klasik yang selalu menghiasi layar kaca tanah air. Dan umumnya tawuran justru dilakukan oleh objek pendidikan, yaitu pelajar. Pasalnya, tawuran terjadi karena adanya budaya premanisme yang menjerat negeri ini dari segala aspek. Jadi, faktor eksternal sangat memicu budaya premanisme di sekolah.

Tapi menurut saya kata kunci utama dari sebab pelajar mengikuti tawuran adalah “Ikut-ikutan”. Seperti yang saya jelaskan pada paragraf pertama, bahwa remaja umumnya memiliki hasrat ingin dielu-elukan di hadapan semua orang. Dan pemikiran ini menyebar luas di kalangan pelajar dewasa  ini. Sehingga mereka mengimplementasikan hasratnya melalui tawuran.

Ini merupakan permasalahan besar yang harus segera dituntaskan. Dan tentunya dalam menuntaskan permasalahan ini, berbagai pihak harus saling mendukung. Orang tua, guru, dan pemerintah menjadi subjek utama dalam menuntaskan permasalahan ini. Orang tua harus memberikan perhatian penuh terhadap seluruh aktivitas yang dilakukan anaknya, baik di dalam atau di luar rumah, sehingga seluruh kegiatan sang anak dapat terkontrol dengan baik. Kemudian guru juga jangan hanya menjadi pengajar, namun harus lebih dari itu. Sang guru harus memberi teladan yang baik kepada siswanya. Sebab ketika keteladanan dari subjek pendidik hilang, maka kebringasan akan timbul, dan pada akhirnya tawuran menjadi alternatif pekerjaan pelajar di luar sekolah.

Selain itu pemerintah juga berkewajiban menghapus semua tayangan media yang menayangkan kekerasan, baik di media cetak maupun elektronik. Karena jika tontonan negatif tersebut masih juga ditayangkan, maka pelajar/remaja akan menjadikan tontonan negatif itu menjadi tuntunannya dan hal itu sangat berbahaya bagi mereka.

Terakhir, saya hanya ingin mengingatkan, bahwa menjadi pelajar yang baik dan berprestasi adalah kunci sebenarnya untuk kita memperoleh ketenaran yang hakiki. Mungkin kita tahu Ibnu Sina, Ibnu Arabi, Muhammad Iqbal, dan ilmuan Islam lainnya yang tenar karena prestasi mereka dalam menciptakan sesuatu. Itu artinya untuk menjadi orang yang dipandang oleh seluruh manusia tidak harus melakukan hal-hal yang negatif. Namun cukup menjadi pelajar yang berakhlak mulia, cerdas, dan berprestasi, maka kita pasti bisa menaklukan dunia dan seisinya.

2 komentar:

  1. subhanallah, hehe, keren postingannya, lanjutkan hehehe. oya salam kenal :) ais disini

    BalasHapus
  2. syukron ukhtii,,,, salam kenal juga.... :)

    BalasHapus