Merenda mimpi menjadi kenyataan adalah obsesi setiap insan yang
bernyawa. Berbagai usaha pasti dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut.
Meski peluh mengering dan raga tak lagi menunjukan ketegarannya, hal
itu justru menjadi rintangan yang mewaranai perjalanan dalam meraih
impian. Pada saat gue merasa kalau tampang dan suara ini dapat menjual
di pasaran. Dari pasar bukit, rumput, hingga pasar minggu. Yah, gue
memberanikan diri aja membentuk sebongkah Boyband. Eeh, sebongkah, emang
es batu. Sekalian aja seekor, biar kayak binatang ternak. Hahaha
Keberanian itu, semata-mata hanyalah untuk meraih impian.
Impian menjadi boyband terkenal yang banyak digandrungi cewek-cewek.
Walaupun sebenarnya gue ilfil banget sama boyband gue sendiri. Gimana
ga ilfil coba? Suara mending pas-pasan, masih ada yang bisa dijual. Lah
ini, bukannya pas-pasan lagi tapi kurang, kuraaaaaang bangeeeeeet. Udah
gitu di antara kita ga ada yang bisa nari. Yah, meskipun sebenarnya gue
suka geli sendiri sih kalau nonton boyband yang narinya kayak cacing
kepanasan. Bahkan tariannya itu terkesan mirip semi cowok yang suka
nongkrong di taman lawang. Idih !
Westlept. Boyband ini kami namakan. Sumpah, tuh nama ga
ngejual banget. bacanya aja susah. Apalagi diinget. Artinya apa coba?
Lo ga tau kan? Sama gue juga ga tau. Kalau emang mau nyama-nyamain
Westlife dari sisi nama, ihh ga banget ! Gue sebagai penggemar fanatik
Westlife sama sekali ga rela kalau Westlife harus dimirip-miripin sama
boyband aneh ini. Mungkin kalau Westlife tau, nama Boyband mereka
dimirip-miripin sama lima pemuda ga tau diri ini, mereka pasti langsung
ngelaporin kita ke komnas HAM. Lho kok? Udah lo ga usah mikirin kenapa
ke Komnas HAM. Yang jelas gue juga ga tau kalau melanggar hak cipta itu
ngelaporinnya kemana, jadi gue asal aja nyebut-nyebut Komnas HAM. Hahaha
Westlept digawangi oleh lima pemuda, yakni : Fandi
Permana, Dimas Pandu Kusuma, Arif Satria, Miftah Awaludin, dan Tara
Prayoga. Berdiri pada tanggal 10 April 2011 karena kecelakaan. Kok
kecelakaan, Tar? Oke gue ceritain kronologinya. Once upon a time,
kami berlima sedang berjalan di suatu tempat. Awalnya sih, pengen ke
rumah Miftah untuk sekedar nyantai sembari ngisi waktu liburan sekolah
aja. Tapi, kondisi saat itu ga memungkinkan banget, soalnya hujan
deras. Sehingga membuat kami berlari layaknya lima pemuda maho yang lagi
kejar-kejaran kayak film India. Perjalanan pun terhenti seiring dengan
hujan deras yang turun. Hingga akhirnya, kami berusaha mencari tempat
berteduh untuk berlindung dari hujan yang membasahi bumi.
Di samping tempat peneduhan, terlihat pesta resepsi
pernikahan yang cukup meriah. Tamu-tamu dengan seragam batiknya seolah
mencerminkan kemegahan pesta resepsi tersebut. Sempat terpikir di benak
gue. Kapan yaa gue bisa melangsungkan resepsi pernikahan kayak gini?
Duduk di kursi pelaminan bak sepasang kekasih yang diselimuti
kebahagiaan. Mpok Riri oh Mpok Riri, ingin rasanya, ku segera melamarmu.
Melangsungkan akad dan membina rumah tangga yang sakinah, mawadah, wa
rahmah bersamamu. Plaaaaaaaaak... Tangan Miftah melayang di kepala gue.
“Woy, Bengong aja !!! kesambet lo nanti!” Ujar Miftah.
Kurang asem tuh bocah. Kagak bisa liat temennya seneng
sedikit. Padahal kan gue lagi asyik mengkhayal. Malah dikacauin khayalan
gue. Susah lagi kan dapetin tastenya. Emang tuh bocah kagak
tau diuntung. Kalau tau bakal begini mending gue mengkhayal di atas
genteng. Aman dan ga ada yang ganggu. Paling resikonya cuma dua. Kalau
ga jatuh, ya kesamber geledek. Tapi mungkin itu lebih baik daripada
diganggu sama temen yang enggak mahamin perasaan gue sama sekali.
Lagian mana mungkin gue kesambet. Setan juga lagi pada
neduh kali. Orang hujannya dateng keroyokan. Udah gitu petir ga ada
henti-hentinya bersuara. Setan juga mikir-mikir bro ! Mau keluar bagaimana? Apalagi sampai bikin orang kesambet. Ga mungkin banget kan? Dasar bocah keplek !
Kalau seandainya tuh setan nongol. Sebelum dia bikin gue
kesambet, gue ajak duluan tuh setan ngopi sembari makan pisang goreng
bikinan Nyak. Sumpah, gue ga takut. Jangankan setan, bapak moyangnya
setan aja pernah gue ajak main karambol. Masa setan ecek-ecek mau bikin
gue kesambet. Mending tuh setan les dulu dah di bimbingan belajar
persetanan. Supaya bisa bikin gue kesambet. Hahaha
Berbicara masalah setan. Pernah suatu ketika gue dan
Idham berjalan melintasi pemakaman. Di pemakaman itu, bukannya gue
takut, malah geli. Pliss, lo jangan berpikir hal bodoh. Gelinya gue
bukan karena setan ngelitikin gue. Dan itu ga mungkin terjadi. Soalnya
selama gue melihat perkuliahan setan, ga ada tuh mata kuliah mereka yang
ngajarin bagaimana cara ngelitikin manusia. Jadi lo geli kenapa, Tar?
Oke gue kasih tau. Gue geli karena Idham meluk gue sepanjang jalan
pemakaman karena ketakutan. Sumpah, kali ini gue merasa ada titik
singgung yang sangat signifikan saat Idham meluk gue. Titik singgung itu
benar-benar organ yang sakral banget yang dimiliki setiap manusia
normal. Dan gue yakin pasti lo tau apa yang gue maksud.
Setelah melewati pemakaman. Idham melepaskan pelukannya
dari perut gue semabari bercerita. Katanya, tadi pas di pemakaman dia
melihat pocong. Pocong itu loncat-loncat hingga membuatnya ketakutan.
Hahahaha, kalau dia melihat pocong ketakutan, gue sih engga. Yaa secara,
pocong tuh sebenarnya spesies setan yang paling lucu dan imut. Gimana
engga? Tuh setan dibungkus kain kafan, di atas kepalanya ada yang
menjulang kayak konde Nyak yang dipake setiap kondangan. Udah gitu
loncat-loncat lagi. Yaelah, itu kan setan imut banget. Bahkan lebih imut
dari boneka berbi yang suka dimainin bocah ingusan. Masa lo takut.
Bener-bener ga rasional.
*****
Singkat cerita, saat kami berteduh di dekat resepsi
pernikahan tersebut. Datanglah seorang wanita ke tempat dimana kami
berpijak. Entah hajat wanita itu apa. Yang jelas, awalnya gue mikir tuh
cewek cuma pengen ikutan neduh. Tapi, kalau dia ikutan neduh lapaknya
dimana. Gue aja udah sempit-sempitan sama empat pemuda ga tau diri ini.
“Mas...mas...” Panggil wanita itu lantang.
“Ada apa Mba?” Tanya gue.
“Maaf, saya mau minta tolong. Saya dari grup musik Besok Bubar yang
harus manggung di acara resepsi pernikahan ini. Namun, kami sedang
menghadapi kendala. Vokalis kami yang berjumlah lima orang tiba-tiba
mendadak ga bisa datang. Kalian bisa menggantikan?” Pinta Wanita cantik
itu dengan senyum merekah di wajahnya yang panik.
Kami tengok-tengokan satu sama lain dengan wajah bingung.
Antara terima atau tidak tawaran tersebut. Kalaupun kami terima, modal
nekadlah yang akan membias di sanubari kami. Namun, jika kami
menolaknya, maka kami termasuk orang yang tidak berperikemanusiaan.
Orang udah minta tolong malah diabaikan.
Kami pun segera berembuk. Perembukan itu menghasilkan
keputusan, bahwa kami siap menggantikan lima vokalis tak
bertanggungjawab itu untuk bernyanyi layaknya boyband dadakan yang ga
sadar akan kemampuan diri.
Sorak ramai suara penonton kian membias dalam resepsi
megah yang didatangi beberapa tamu penting itu. Lurah, Camat, Walikota
yang turut dalam acara tersebut, sungguh membuat gue dan empat makhluk
ini gerogi setengah mampus.
“Kk-kita nn-nyanyi aa-apaan, Mba?” Tanya gue gugup.
“Nyanyi lagu Westlife yang My Love ya !” Tuturnya tegas.
Wah, gue seneng banget pas Mba cantik itu bilang kalau
kita bakal nyanyi lagu My Love. Selain menguasai, kami juga menyukai
lagu itu.
“Fan, Lo Nyanyi di Intro awal yaa. Gue di Intro kedua. Dimas di
bagian coda. Nah, si Arif dan Miftah biar jadi suara dua pas di reff.”
Atur gue sok tau.
“Yaudah, atur ajalah.” Jawab Fandi.
Perlahan gue tarik nafas dalam-dalam. Meski keringat
mulai membasahi kening, hal itu tak membuat gue dan empat makhluk yang
sekarang ada di samping gue ini mundur. Saat sang MC memanggil kami
untuk naik ke atas panggung, jantung mulai berdetak cepat. Rasa gerogi
pun kian menjadi. Tak dapat dipungkiri, sekarang hanyalah modal nekad
yang terpatri. Terkadang menanggalkan esensi kemampuan diri di saat
seperti ini memang diperlukan. Suara, tampang, dan penampilan pas-pasan
yang sekarang terpampang di hadapan tamu undangan resepsi, kian menebar
pesona keplek bin seglek. Entah mengapa, rasanya gue ingin semua ini
cepat berakhir.
Di atas panggung resepsi pernikanan inilah, pertama kali
kami menunjukan kebolehan di dunia tarik suara. Ga terlalu sulit kok.
Soalnya sebelum kecelakaan ini terjadi, kami sudah sering main
tarik-tarikan. Mulai dari tarik tambang, tarik gangsing, hingga main
tarik ulur layangan. Semua itu tentu berbeda dengan tarik suara. Dan
hanya manusia tolol bin seglek aja yang menganggapnya sama. hahahaha
“So I say a little prayer and hope my dreams will take me there. Where the sky are blue to see once again My Love.....” Lagu kami lantunkan dengan indah.
Abis lirik lagu ini, giliran gue yang nyanyi. Mampusssss ! gue lupa liriknya.
“I try to read I go to work....” Nyanyi gue kepotong.
Suara indah gue terhenti di lirik ini. Gue lupa apalagi
terusannya. Dan saat itulah gue terdiam seribu bahasa. Kegagapan
bernyanyi pun mulai membias di pita suara yang gue punya. Untungnya si
Arif yang kadang-kadang keplek ini, pinternya lagi dateng. Sehingga dia
yang meneruskan lirik lagu yang harusnya itu bagian gue.
Kelupaan gue pada saat nyanyi di intro kedua, membuat
gue semakin gerogi di atas panggung. Namun, gerogi tersebut seolah
sirna saat salah seorang penonton ada yang melempar bunga mawar merah
tepat di hadapan gue. Tanpa kompromi, gue pun langsung mengambil bunga
tersebut. Entah, siapa itu yang melempar. Gue juga ga tau. Harapan gue
sih cewek cantik yang dia juga penggemar rahasia gue.. hehehehe
Setelah manggung, kami pun keluar dari acara resepsi
pernikahan tersebut. Namun, saat kami keluar, ada suara lantang yang tak
asing lagi didengar. Iya, wanita cantik yang juga bagian dari personil
Besok Bubar itu memanggil kami kembali.
“Mas...!” Panggil sang wanita.
Kami menoleh ke belakang, “ada apa lagi, Mba.” Jawab Dimas.
“Terimakasih ya mas. Kalau ga ada mas mungkin kami ga jadi manggung di acara resepsi pernikahan ini.” Ucapnya menghargai.
“Ah, memang kan sebagai makhluk sosial kita harus saling menolong, Mba.” Tukas Dimas.
“Benar tuh, Mba.” Jawab kami serentak.
“Oh ya, nih ada rezeki sedikit buat kalian. Jangan dinilai besarnya. Dan maaf kami cuma bisa ngasih segini.”
“Ahh, ga perlu repot-repot Mba. Kita ikhlas kok.” Pungkas Arif menolak.
Bloon banget tuh bocah. Udah tau kita lagi butuh duit
buat ongkos ke rumah Miftah. Pake segala ditolak. Ikhlas juga pada
tempatnya bro. Lo mau jalan kaki?! Gue sih ogah ! Plis deh, berpikir realistis dan rasional. Jangan keseglekan mulu yang dikedepankan.
“Jangan dengerin teman saya Mba. Kita terima pemberian Mba ini. Kalau masih mau pake kami calling aja ya, Mba.” Ujar gue sembari senyum simpul dan menarik uang yang dipegang Mba cantik itu.
Setelah dialog itu selesai. Kami sesegera mungkin
beranjak dari tempat resepsi tersebut. Dengan mengantongi bekal uang
yang diberikan Mba cantik itu, kami pun kembali fokus ke tujuan semula.
Yakni, ngumpul di rumah Miftah. Di perjalanan, kami sampat mendiskusikan
masalah kejadian tadi.
“Sumpah, gue ga nyangka bakal kayak gini.” Tukas Arif
“Ya, sama. Semua juga ga bakal mengira ini semua terjadi. Namun,
inilah takdir Ilahi yang pasti dan kudu kita syukuri.” Jawab gue wibawa.
“Bener tuh kata Tara.” Dimas menambahkan.
“Bagaimana kalau kita membentuk boyband. Pasti seru.” Pungkas Arif sambil mengajak.
“Boleh tuh.” Ucap gue mengiyakan.
“Tapi apa ya nama boybandnya?” Tanya Miftah.
“Westlept !” Jawab Pandi nyeletuk.
“Wah Keren..” Jawab Arif.
Padahal keren dimananya yak? Gue sih ilfil dengernya.
Selain gue ga suka karena meniru Westlife dari sisi nama, gue juga
mikir. Tuh nama apa maksud coba? Kan biasanya kalau orang bikin band,
pasti ada filosofinya dan ga asal namain. Misalnya : Dewa19 yang diambil
dari anonim personilnya (Dhani, Erwin, Wawan, Ari, Andra) dan 19nya itu
adalah rata-rata umur mereka saat membentuk band. Ada lagi ADA Band
yang bermakna kalau mereka ingin selalu ada untuk seluruh penggemarnya
di penjuru dunia. Liat kan, semuanya pasti ada makna tersirat dari
sebuah nama. Ini apaan? Westlept ! Ga ada bergainingnya banget sih !
Namun, karena sistim demokrasi yang diterapkan. Mau ga
mau, gue yang paling cerdas sendiri, sementara empat makhluk lainnya
epleng. Yah, akhirnya disetujuilah Westlept sebagai nama boyband serba
kekurangan ini.
Setelah disetujui, Westlept pun mulai menunjukan
taringnya. Kami berkali-kali mengisi acara di panggung lokal. Dari acara
tahun baruan, perpisahan sekolah, hingga resepsi pernikahan. Sejak
itulah nama Weslept mulai familiar di Pamulang dan sekitarnya. Selain
itu, kami juga pernah masuk dapur rekaman. Sejauh ini, kami sudah
merekam empat lagu dalam bentuk mp3. Yah, walaupun lagunya itu hanya
aransmen ulang dari lagu Westlife. Yakni lagu : My Love, What About Now, Swear it Again, dan I Lay My Love on You.
Perjalanan grup tak semulus yang diharapkan. Pada awal
2012, kami sudah mulai fakum dan jarang latihan. Hal ini terjadi karena
kesibukan masing-masing personil. Fandi sudah mulai sibuk dengan
aktifitas kuliahnya. Gue, Dimas, dan Miftah yang saat itu masih duduk di
kelas 12 pun mulai disibukan dengan persiapan menjelang Ujian Nasional.
Sementara Arif sibuk dengan bandnya.
Sulitnya mencari waktu untuk latihan, menyebabkan
eksistensi Westlept kembali dipertanyakan. Apakah boyband ini masih ada
atau tidak? Entah fakum atau bubar. Yang jelas untuk saat ini Westlept
seperti hilang ditelan bumi. Dan mulai menanggalkan sejarah yang menjadi
sebab kehadirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar