Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.. Bukannya aku ingin dicintai dalam arti tanda kutip yaaa... hehe
Emmm, namaku Tara Prayoga, aku lahir 17 tahun yang lalu di Jakarta pada 29 Agustus 1994. aku suka Westlife n ADA Band lhoo (siapa yang nanya).. wooo
Udah ahh basa-basinya, dalam tulisan kali ini aku ingin berbagi pangalamanku di IPM ni kawan, yaaa walaupun aku yakin kalian pun pasti punya pengalaman yang luar biasa di ikatan ini, tapi setidaknya ceritaku ini dapat mewakili cerita teman-teman, (siapa tau sama).. hehe
Aku mengenal IPM semenjak SMP, awalnya aku anti banget sama organisasi, soalnya menurutku menjadi aktivis cuma buang-buang waktu dan ga bermanfaat sama sekali.... (padahal mendingan buang-buang waktu daripada buang-buang uang.. haha). Itulah yang muncul dalam pikiranku tentang IPM.
Pada akhir bulan September 2007, tiba-tiba ketua umum IPM menghampiri aku dan berkata “Tar, kita mau Musyran ni, kamu mau ga jadi calon ketua umum?” aku jawab : “Musyran itu apa sih ka?” sambil pasang muka bingung..
“pokoknya Musyran itu agenda tahunan yang intinya pergantian pengurus baru”, jelasnya
Aku terdiam sambil membayangkan bagaimana musyran itu, lalu aku menatap kakak kelasku itu sambil berkata : “aku pikir-pikir dulu ya kak, besok aku kabari lagi,”
“oke, kakak tunggu yaa jawaban kamu”.
Selama satu hari aku berpikir tentang ajakan kakak kelasku itu, dan ketika aku berpikir di kamar, aku teringat dengan tetanggaku yang kebetulan alumni sekolahku, dia juga mantan ketua umum IPM. Emm akhirnya tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas menuju rumahnya untuk sekedar sharing dengannya.
“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam, ada apa tar? Ayo silahkan masuk”dia menyapaku dengan penuh senyum.
Aku pun masuk ke rumahnya yang cukup sederhana, namun aku nyaman sekali di rumahnya karena rumanya sangat islami, banyak kaligrafi dan buku-buku islam terpampang di ruang tamunya.
“ada apa ni, kok tumben main?”
“gini kak, tadi aku diminta ketua umum IPM untuk jadi calon ketua umum di acara.... apa ya, aku lupa... pokoknya pemilihan ketua umum IPM gitu deh. hehe.. sambil pasang muka mikir..
“ohh, acara Musyran” jawabnya, sembari menepuk dengkulku.
“nah itu kak maksud saya”
“ya udah kamu terima aja amanah itu” katanya.
“tapi aku merasa belum siap kak, lagi pula aku tuh orang yang ga percaya diri ka” ungkapku.
“justru kamu harus mulai dari sekarang, jangan merasa takut untuk tampil di muka, kepercayadirian bisa dibangun, asalkan kamu mau berusaha membangunya”. Jelasnya.
“tapi kalau aku salah ga diomelin kan kak”. Maklum masih polos jadi pertanyaannya kaya gini.. hehe
“yaaa enggalah, namanya belajar salah ya wajar, yang sekarang jadi petinggi-petinggi negara aja bisa salah, apalagi kita, udahlah pokoknya kamu maju ajaa” jelasnya, sembari memotivasi.
“ya udah, besok aku bilang sama ketua IPM deh supaya namaku dimasukin”. Jawabku dengan rasa bimbang di dada.
Keesokan harinya aku mendatangi ketua IPM di sekolah dan menyampaikan padanya, bahwa aku siap menjadi calon ketua IPM. Perasaan deg-degan, galau, stress, semuanya jadi satu di hatiku. Aku bingung apa yang akan aku lakukan untuk organisasi ini, sementara aku belum tau apa-apa. Seiring waktu berputar, Tanpa terasa Musyran pun tiba, persidangan-persidangan yang membuatku bingung, jenuh, dan bete dengan terpaksa aku rasakan. tapi di sisi lain aku merasakan dampak positif dari kegiatan ini, yaitu aku jadi mengetahui teknik persidangan yang sebelumnya aku tidak ketahui.
Setelah beberapa sidang dilalui, sekarang tibalah saatnya pembacaan visi misi. Aku menyampaikan bahwa visi misiku adalah ingin memajukan IPM dan sekolah dalam berbagai bidang, diataranya : olahraga, pendidikan, dakwah, dan sebagainya. Setelah ketiga calon ketua umum menyampaikan visi misi, pemilihan dan perhitungan suara pun dilaksanakan. Akhirnya terpilihlah Asep Setiawan sebagai ketua umum, dengan gembira siswa-siswi bersorak memeriahkan kemenangan Asep Setiawan.
Walaupun aku tidak terpilih menjadi ketua umum, aku merasa senang karena aku dipercaya oleh teman-teman formatur untuk menjadi ketua bidang SDI (Studi Dakwah Islam), sekarang namanya KDI lhooo (Kajian Dakwah Islam).
Itulah awal aku berkecimpung di IPM, dan hingga sekarang aku pun masih menjadi aktivis IPM, bahkan saat ini rasa cinta yang begitu mendalam telah tumbuh di hatiku terhadap IPM. Mungkin sebagian dari kalian menilai aku berlebihan, tapi memang itulah yang aku rasakan sekarang.
IPM dan Muhammadiyah telah menjadi bagian hidupku yang sangat besar, dan perjalananku di persyarikatan ini masih panjang,, aku harus terus belajar dan belajar, agar di masa mendatang aku bisa menjadi pemimpin keluarga, masyarakat, dan bangsa. Amiin
Inilah pengalamanku yang singkat di IPM, semoga ceritaku yang singkat ini dapat bermanfaat untuk semua yang membacanya.